POLISI ZAMAN SEKARANG
POLISI ZAMAN SEKARANG
CERITA SEX GAY,,,,,,,
” Sayang, udah hampir jam tujuh neh nanti telat lho..”
” Iya Ma, lagi ambil HP” bergegas Jaya menuju meja makan untuk menikmati sarapan yang sudah disediakan istrinya.
Kebiasaan pagi hari di keluarga ini. Namun tidak seperti pagi-pagi yang lain kali ini Dian sang istri agak sedikit ketus. Jaya cukup memaklumi kondisi ini karena tadi malam Jaya pulang sangat larut sehingga tak memberi ‘jatah’ kontol sama istrinya yang memang doyan banget sama barang itu. Pun tadi subuh saat Dian dengan sengaja setelah selesai sembayang subuh melepas semua pakaian dan menyusup didalam sarung Jaya yang masih terlelap, memainkan lidahnya di daerah perkakas Jaya, berharap Jaya bagun dan melayani keinginannya. Bukannya Jaya ngaceng, eh malah minta ijin ke kamar mandi untuk sekedar kencing. Setelah itu sembayang subuh dan bercengkrama dengan file-file kantor. Membuat Dian meradang.
“Senyum dong Mama sayang, masak pagi-pagi udah cemberut. Nanti ga cantik lagi lho..” goda Jaya sambil mengoleskan selai coklat pada roti di tangannya. Sementara Dian tidak bergeming dengan muka kecutnya.
“Ya udah ntar malem deh, pasti dikasih dobel..Dirapel ya?” kata Jaya merayu istrinya demi melihat senyum istrinya pagi itu.
Namun tetep aja Dian tidak bergeming, malah mencibir. Merasa tidak berhasil mendapatkan senyum istri tercintanya, Jaya lalu mencari cara lain.
“Sini Ma duduk deket Papa, biar sarapannya asyik”
“Ayolah Mama cantik..” bujuk Jaya ketika tidak mendapati istrinya beranjak.
Dian akhirnya dengan sedikit malas mendekati suaminya.
“Sini duduk di pangkuan Papa..” kata Jaya sambil merengkuh tubuh istrinya yang dari tadi subuh belum mandi.
Setelah istrinya tepat berada dalam pangkuannya, dia melanjutkan sarapan rotinya sambil tangan kanannya meremas dada Dian yang tidak memakai BH. Tubuhnya hanya terbalut daster tipis.
“Mama, jangan suka ngambek gitu dong. Papa kan sayang sama Mama. Kalo Mama ngambek Pada jadi sedih.”
“Habis cuek banget sih.” sahut Dian sambil merem melek menikmati remasan Jaya.
“Papa tadi malam ngantuk banget, makanya ntar malem aja didobel ya?”
“ehm..ehm..” Dian tidak bisa menjawab, hanya mendesah menikmati remasan suaminya yang semakin kencang dan membuatnya makin terangsang.
Selesai sarapan Jaya bergegas memasang sepatu dinasnya dan pamitan sama Dian. Namun sedikit ditahan sama istrinya. Dian yang sudah terangsang akibat remasan Jaya tadi meraih tangan Jaya dan mengarahkan ke daerah memek nya yang udah basah. Melihat istrinya seperti itu Jaya tidak tega. Dilihat jam masih pukul 07.15, masih ada waktu 15 menit untuk sekedar memuaskan istrinya itu. Tentunya tidak dengan ritual seks yang biasa mereka lakukan. Jaya membopong istrinya ke sofa ruang tamu. Kedua kaki istrinya dibuka dan ditarik ke atas sampai Dian tersandar di bahu sofa. Jaya segera mengambil posisi jongkok, menempatkan wajahnya tepat di depan memek Dian yang tidak juga bercawat. Satu jari tengah dimasukkan ke memek Dian disertai dengan jilatan dan sedotan pada kelentit Dian, membuat Dian menggelinjang menahan nikmat. Tidak berjalan lama Dian mencapai puncak kenikmatan. Dalam keadaan mengejang, tidak sedikitpun Jaya melepas cengkraman mulutnya pada memek Dian.
“Jadi datang ga?” kata Dian di telepon
“Iya, ini masih di jalan..” kata seorang pria di seberang telepon
“Jangan lama-lama”
“Wah..wah.. udah ga tahan ya?” goda sang pria
“Iya neh, semalam ga dikasih sama Mas Jaya..”
“Ya udah tunggu aja ini udah deket kok..” Duabelas menit berlalu saat sambungan telepon itu terputus, Kuncoro, pria dalam telepon tadi datang ke rumah Dian.
“Lama banget sih?” sambutan Dian sedikit mengesankan kalo dia udah menunggu sangat lama.
Kuncoro hanya tersenyum. Kuncoro tak lain adalah teman kerja Jaya di kepolisian, lebih tepatnya juniornya Jaya. Kuncoro yang masih 24 tahun ini adalah pria yang sering memuaskan nafsu birahi Dian jika Jaya dirasa belum memberikan kepuasan yang diinginkan. Padahal dengan body muscle, kontol 18 cm, dan permainan yang tahan lama, Jaya sudah cukup representatif untuk seorang suami. Namun karena Dian terlalu binal dan maniak, dia harus punya cadangan kontol yang harus siap sedia. Dan Kuncoro adalah korban yang pas. Masih muda, energik, kontol yang besar kurang lebih sama dengan punya Jaya, body atletis layaknya polisi pada umumnya, dan karena masih muda Kuncoro memiliki variasi seks yang selalu ingin dicoba.
Termasuk juga kali ini, sesuai kesepakatan Kuncoro akan striptease memamerrkan tubuhnya dalam tarian erotis. Kuncoro melenggak lenggokkan tubuhnay di atas meja makan, sementara Dian menyaksikan dengan muka mesum dan aksi tangannya di memek dan payudaranya. Kuncoro yang sudah telanjang bulat dan kontol yang sudah ngaceng keras mendatangi Dian dengan tatapan menggoda. Dian pun menyambut dengan muka mesumnya..
“Mbak Dian, mau menghabisi ini?” kata Kuncoro menyodorkan kontolnya ke depan muka Dian. Tanpa menunggu lama, disosornyalah kontol Kuncoro.
“Ough yeah…enak banget Mbak.. sedot terus Mbak” Dian semakin binal melumat kontol Kuncoro.
Begitupun Kuncoro yang begitu bernapsu memaju mundurkan kontolnya mencari kenikmatan sedotan Dian. Tidak cukup itu, Dian meminta untuk menjilati semua sisi tubuh Kuncoro yang begitu seksi.
“Dengan senang hati Mbak” begitulah ijin Kuncoro pada Dian. Dengan sangat sumringah Dian segera melaksanakan keinginannya. Kuncoro hanya melenguh nyaman saat setiap inchi tubuhnya dimanjakan oleh lidah Dian, terlebih saat lidah Dian singgah di lobang anusnya.
“ought..ehm..terus Mbak, jilat terus Mbak…ah…ouhh,..” Puas menikmati tubuh Kuncoro, kini giliran Dian yang minta dimanjakan.
Kuncoro memulai dengan meremas dan menghisapi payudara Dian. Itulah kenikmatan awal yang diberikan Kuncoro, sebelum dia menjelajah bagian tubuh yang lain termasuk menjilati memek Dian sampai keluar. Hanya dengan permainan lidah dan tangan Kuncoro saja Dian sudah 3 kali orgasme. Sekarang saatnya kontol jumbo Kuncoro yang bekerja untuk mencabi-cabik memek Dian. Namun sebelumnya Kuncoro menggendong Dian menuju taman belakang. Kuncoro meu ngentotin Dian di taman outdoor belakan rumah yang tentunya masih dibatasi tembok. Diatas rumput yang terpotong rapi dan sinar matahari langsung yang saat itu tidak terlalu terik, namun cukup untuk menguras keringat. Kuncoro memulai ngentotin memek Dian dalam posisi nungging. Dian yang begitu keranjingan dengan kontol besar sangat menikmati permainan ini.
“Yeah…oohh.. ugh…e..e..enaaak..Kun.. Kon…tol..mu…” terbata-bata Dian menyampaikan pesasaan nikmat yang dia derita akibat entotan Kuncoro yang ganas dan jantan.
Ditambah lagi sinar matahari yang membuat Kuncoro berkeringat, makin menambah kesan jantan pada pemuda itu. Ritual entotan kontol Kuncoro pada memek Dian itu dilakukan dengan beberapa posisi yang berbeda namun tetap di taman belakang tentunya dengan dilengkapi dengan ritual berciuman dan remas payudara. Kegiatan itu benar-benar menguras tenaga Dian yang sampai lima kali klimaks. Setelah klimaks yang kelima itu, Dian sudah tidak membari perlawanan, dia hanya pasrah menikmati sodokan-sodokan buas kontol Kuncoro. Inilah saatnya bagi Kuncoro untuk mencapai klimaks. Dia terus memompakan kontolnya dalam cengkraman memek Dian. Semakin cepat, kasar dan liar..
“Agh..agh… ouggh… yeah.. aaaarrrrrggggghhh” Kuncoro menekan dalam pingulnya demi mendapat posisi kontol yang penuh masuk ke memek Dian dan semburan pejuhnya pun dia semprotkan de dinding vagina Dian Crrroooootttttttttt………..crroootttttt….. berlangsung sekitar 8 semburan. Setelah itu tak ada suara. Keduanya berpelukan bersimbah keringat.
“Kun pidah ke dalam yuk, gendong aku ke kamar mandi” kata Dian memecah.
“ngapain ke kamar mandi?” goda Kuncoro, yang saat itu kontolnya masih menancap di memek Dian.
“Ya dibersihkan lah, dibasuh…Tapi aku ga kuat bangun aku gendong ya?”
“Dibersihkan disini aja” bujuk Kuncoro
“Dibersihkan pake apa, ga ada air ga ada tissue”
“Mau dibersihin pake ini ga?” sambil Kuncoro menjuluskan lidahnya menawarkan diri untuk membersihkan memeknya peke lidahnya.
“Jorok ah”
“Tapi enak kan” goda Kuncoro
“Mau ya?” mohon Kuncoro. Dian hanya mengangguk.
Kuncoro pun segera mencabut kontolnya yang masih setengah ngaceng cari memek Dian dan memposisikan kepalanya arah memek Dian. Dia menekan bagian atas memek Dian untuk memancing sisa sperma yang masih bisa dikeluarkan. Hanya sedikit yang keluar, mungkin sebagian besar sudah masuk ke dalam rahim Dian. Tanpa pikir panjang, Kuncoro menjilati dan membersihkan memek Dian dengan mulutnya. Sisa cairan Dian dan pejuhnya yang tercampur, dijilati dan ditelannya sampai benar-benar bersih. Setelah yakin bersih dia kembali memeluk Dian dan menciumi mesra.
“Punyamu ga dibersihin Kun, sini aku jilatin” tawar Dian
“Enggak ah, biar aja” kata Kuncoro
“Kun kita ke kamar mandi yuk..?”
“Lho ngapain lagi kan udah dibersihkan”
“Aku mau pipis, udah kebelet”
“Pipis disini aja dah” Kuncoro menahan Dia
“Ah enggak mau..” Dian mencoba bangkit dengan sisa tenaganya.
Namun Kuncoro menahannya. Bahkan dengan tenaga nya Dian tidak bisa melawan pergulatan itu sampai entah gimana ceritanya kini posisi Dian udah berada dibawah Kuncoro dalam posisi 69.
“Udah cepetan pipis” kata Kuncoro sambil menjilati memek Dian
“Aaahh.. dikamar mandi aja” rengek Dian
“Ga boleh” ledek Kuncoro sambil terus mengunci posisi Dian sampai akhirnya Dian menyerah.
Keluarlah air kencingnya. Pemandangan di depan mata Kuncoro tersebet sangat amazing bagi Kuncoro yang sebelumnya belum pernah melihat memek mengeluarkan air kencing pas dideban matanya yang hanya berjarak sekian cm aja. Saking terpesonanya, membuat Kuncoro kembali ngaceng berat. Setelah air kencingnya tuntas dikeluarkan Dian, Kuncoro kembali menjilati memek Dian dengan rakus.
“Aduh Kun, masih mau lagi ya…aku masih capek..”
“Sekali lagi ya Mbak?”
Akhirnya kejadian ngentot terulang kembali, tapi kali ini tidak selama yang pertama karena Dian yang sudah kecape’an dan Kuncoro juga harus segera balik ke kantornya.
“Eh Kun dari mana aja dari tadi kucari?” kata Jaya mendapati Kuncoro baru tiba di kantor.
“Service motor Pak” kata Kuncoro pada Jaya. Mereka memang sangat akrab satu sama lain walaupun Kuncoro kalah pangkat. Makanya kalo pas berdua mereka tidak menjalankan ketentuan kepolisian yang harus hormat grak jika ketemu senior.
“Service motor kok sampai kucel gitu” kata Jaya tanpa curiga kalau juniornya itu baru saja mencabuli istrinya. Kuncoro hanya senyum manis.
“Eh Kun kita ke Pos Batucena yuk kebetulan sambil Patroli.. Pos Batucena cuma ada Robby sendirian.”
“Siap..” kata Kuncoro Bergegas mereka dengan dua motor besarnya menuju Pos Batucena yang cukup ramai pada jam pulang sekolah karena berdekatan dengan beberapa SMA di kota tersebut. Sampai dipos, kedua polisi tersebut menemui Robby rekan sejawat mereka yang menilang seorang pelajar.
“Kenapa ini?” tanya Jaya
“Biasa lah anak muda sok jagoan, pakai kendaraan tanpa helm” sahut Robby
“Lho kamu kan yang seminggu kemaren ga pake helm” tanya Kuncoro mengingat pemuda tersebut. Pelajar SMA yang masih lengkap dengan atribut sekolahnya itu cuma mesam-mesem.
“Oh jadi seminggu kemaren udah kena tilang sekarang masih bandel?” tanya Robby
“Iya Pak, kemaren itu dia saya tilang. Karena ga mau ditahan STNK nya dia tak suruh ngemot”
“Ooohhh rupanya dia ketagihan sama kontolmu Kun, makanya dia ulangi lagi biar bisa ngemut lagi” ledek Robby. Pelajar itu malu, mukanya merah padam ketahuan kalo dia sengaja supaya ditilang dan berharap mendapat kontol gratis.
“Beneran kamu pingin kontol lagi?” tanya Kuncoro
“Enggak Pak, saya memang lupa ga pake helm..” kata pelajar itu sambil menunduk
“Beneran…??” pancing Kuncoro sambil mendekatkan kontolnya ke wajah pelajar yang terduduk di kursi itu sambil tangannya mengelus kontolnya. Pelajar itu makin tertunduk, entah malu, takut atau menahan napsu. Melihat itu, Robby dan Jaya hanya tersenyum.
“Kok ga dijawab?” Kuncoro makin nekat dengan membuka resleting dan mengeluarkan kontolnya yang masih belum ngaceng itu. Pelajar itu masih menunduk namun sambil mencuri pandang ke arah kontol Kuncoro yang seminggu lalu telah dinikmati nya juga di Pos ini. Pos polisi yang ada di pojok perempatan. Ramai suasana jalannya namun apa yang ada dalam Pos tidak akan bisa terlihat dari luar karena kaca pos ini bukan kaca yang tembus pandang. Hanya bisa tembus jika dilihat dari dalam pos.
“Kalo ga mau kumasukkan lagi lho..” tantang Kuncoro
“Mau kok Pak” kata pelajar itu lirih dan malu-malu.
“Gitu aja kok malu. Kamu jadi beneran neh memang pingin kontol” kata Robby meegaskan. Pelajar itu ngangguk malu.
“Masih kecil kok udah doyan kontol..Dasar anak jaman sekarang” timpal Jaya. Pelajar itu masih terdiam.
“Kok malah diam, ya udah isep ini..” Kuncoro memerintah pelajar itu mengisap kontolnya. Pelajar itu pun dengan sumringah segera memainkan aksi mulutnya ke kontol Kuncoro yang mulai mengeras. Seakan mendapat hadiah, pelajar itu terus mencomot kontol besar itu, dan tanpa terasa kontolnya pun juga ngaceng berat.
“Ought…ooouuuhh..” Kuncoro melenguh.
“Tarik kebelakan kursinya Kun, biar dia ga melintir lehernya. Kasihan tuh anak orang kalo lehernya terkilir” kata Jaya. Namun tidak dihiraukan. Akhirnya Robby yang berinisiatif mengatur posisi supaya strategis, karena diapun tertarik untuk ikut aktifitas itu. Robby memelorotkan celananya sampai ke paha dan menyodorkan ke arah pelajar tersebut. Kini pelajar tersebut seperti mendapat durian runtuh. Dua kontol polisi yang berukuran jumbo bisa dia nikmati sekaligus. Pelajar itu menikmati bergantian kontol-kontol tersebut. Dia tidak peduli mulutnya cukup atau tidak menenggelamkan kontol-kontol tersebut yang pasti dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan langka yang mungkin tidak bisa didapatkan oleh homo yang lain.
“Pak Jaya ga ikut?” tawar Kuncoro.
“Gampang aja, ntar bisa aja aku ikut” jawab Jaya yang masih asyik dengan aktifitasnya memperhatikan kondisi lalu lintas di perempatan itu.
“Nanti dihabisin Pak Robby lho” canda Kuncoro. “Hahahaha kalo habis ya aku minta sama Robby aja nanti..” timpal Jaya sekenanya. Pelajar itu sepertinya sudah mulai kewalahan dengan sodokan dua kontol polisi tersebut. Robby lalu menghentikan sodokan di mulut pelajar tersebut. Tapi Kuncoro tidak. Robby kini malah beralih ke arah Jaya yang sedang berdiri tegak memandang ke arah jalan. Robby yang masih dengan celana mlorot se paha lalu meremas pantat Jaya yang semok dari belakang.
“Apa sih yang menarik dari jalan itu, serius banget ngelihatnya?” Jaya hanya tersenyum sambil tetap melihat jalan dan membiarkan rekan kerjanya itu menggerayangi pantat dan kontolnya. Sesekali menggesek-gesek kontolnya ke tubuh Jaya.
“Hey, yakin ga mau ikutan..?” tanya Robby
“Ntar aja aku nyusul” kata Jaya sambil memberi remasan di kontol Robby dan mempersilahkan Robby kembali bergabung dengan Kuncoro dan pelajar itu. Robby kembali ke Kuncoro dan pelajar itu. Kali ini dia minta pelajar itu membuka celananya. Pelajar itu pun menurutinya. Putih, mulus, dan masih segar..Itulah kesan yang tampak dari pelajar yang masih belasan tahun itu. Benar-benar menggugah nafsu untuk mencabuli.
“Pak Roby mau ngentoti dia?” tanya Kuncoro pada Robby
“Enggak, aku serahkan sama kamu saja” jawab Robby
“Hahaha.. masih rapet lho Pak sepertinya?” canda Kuncoro
“Kamu pernah dientot ga?” tanya Kuncoro pada pelajar itu. Pelajar itu menggeleng tanpa bersuara karena dia tak rela melepas kontol Kuncoro dari mulutnya.
“Mau dientot ga?” tanya Kuncoro lagi. Pelajar itu mengangguk yakin. Lalu Kuncoro melepas kontolnya dari mulut pelajar itu dan digantikan oleh kontol Robby. Agak sedikit susah untuk ngentotin pantat pelajar tersebut karena masih sangat sempit. Namun dengan kegigihannya akhirnya Kuncoro berhasil memasukkan kepala kontolnya. Ya hanya kepala kontolnya saja, karena pelajar tersebut begitu kesakitan. Padahal Kuncoro sudah melumuri dengan ludahnya berkali-kali.
“Kamu nyantai aja jangan kaku gitu” saran Robby pada pelajar tersebut.
“Pertama memang sakit, tapi lama-lama enak kok” timpal Kuncoro. Pelan-pelan Kuncoro akhirnya berhasil memasukkan seluruh kontolnya kedalam anus pelajar tersebut.
“Aduh Pak … Sakit.. Periiiihhh..” rintih pelajar itu. Namun Kuncoro tidak peduli. Dia terus menggenjot pantat pelajar itu yang sudah sangat kelabakan dengan rasa sakit yang diderita di anusnya. Sampai-sampai dia tidak berselera untuk mengulum kontol Robby yang masih ngaceng keras didepan mulutnya.
” Agh rapet banget silitmu…” erang Kuncoro sambil terus menusuk pantat pelajar itu. Saking menahan sakitnya, pelajar itu sampai menitikkan air mata dan mukanya merah karena kulitnya yang putih. Ya dia memang tidak pernah dientot, sekali dientot malah dapat kontol Kuncoro yang ukurannya tidak umum. Kuncoro terus saja menyodok pelajar itu dalam posisi nungging sampai akhirnya dia tidak tahan juga karena sempitnya lobanh anus itu dan ccrrrrroooooooottttt…………….crooottttttttttttt……… Kuncoro memuntahkan pejuhnya didalam anus pelajar itu. Pelajar itu terkulai lemas di lantai, dengan rasa perih di anusnya, sementara Kuncoro masih bisa berdiri gagah dengan kontol yang masih setengah keras.
“Pak Robby ga dikeluarin pejuhnya?” tanya Kuncoro pada Robby
“Kasihan, dia udah mau tewas kayak gitu” kata Robby sambil senyum. Kuncoro pun ikut senyum.
“Hei, udah bangun pake celanamu… Ntar telat pulang dicari orangtuamu” kata Jaya pada pelajar itu. Kuncoro lalu membantu pelajar itu memakai baju dan celananya, memberinya minum dan permen. Setelah itu pelajar itu pergi sambil meringis menahan sakit di duburnya. Namun ada gurat puas di wajahnya bisa menikmati kontol polisi yang dahsyat. Selepas kepulangan pelajar itu, Kuncoro yang masih dengan celana mlorot menawarkan ke Robby
“Punya Pak Robby dikeluarkan disini aja..” sambil Kuncoro menyodorkan pantat gemolnya ke arah kontol Robby.
“Lama kan Pak Robby ga merasakan pantat junior?” canda Kuncoro. Ya, dulu saat pendidikan memang sudah menjadi kebiasaan bagi senior untuk melakukan tindakan yang menyiksa bagi juniornya termasuk menyodomi juniornya. Memaksa juniornya menelan pejuh dan banyak lagi. Namun tindakan penyiksaan tersebut kini menjadi kewajaran yang nikmat bagi mereka. Dan di Pos ini pun semua terulang namun tidak dengan pemaksaan. Semua berjalan dengan menyenangkan dan nikmat. Robby menyodomi pantat Kuncoro dengan buas, dan Kuncoro sangat menikmati aksi Robby.
“Kun aku mau keluar nih” seloroh Robby di tengah aksinya ngentotin pantat Kuncoro.
“Iya Pak, keluarin aja sampai Pak Robby puas.”
“Oooohhhh… aarrrgghhh” Robby mengejang dengan sangat dan membenamkan kontolnya di dalam anus Kuncoro. Crrrrroooooootttttt…….crrrooooo….ooootttt.. Begitu banyak pejuh Robby yang tumpah di dalam anus Kuncoro.
“Busyet.. enak banget Kun” kata Robby
“Iya Pak, kontok Pak Robby juga enak..” Kuncoro tersenyum puas melihat seniornya itu bisa terpuaskan oleh lobang pantatnya. Jaya pun yang sedari tadi asyik dengan aktifitasnya, kini ikut bergabung. Dia mengambil kontol Robby yang masih tertancap dan membersihkan dengan mulutnya. Lalu berganti ke lobang pantat Kuncoro mencari sisa pejuh Robby disana.
“Kok ga ada sisanya sih.. Keluarin dikit Kun” Jaya meminta Kuncoro mengeluarkan pejuh Robby yang ada di dalam lobang pantatnya. Seketika Kuncoro mengejan berusaha mengeluarkan pejuh Robby..dan berhasil.. Cukup banyak yang meleleh di lobang pantat Kuncoro. Segera Jaya menyedot dan menjilati pantat Kuncoro.
“Pak Jaya, jangan dihabiskan semua, bagi saya Pak” pinta Kuncoro. Jaya pun berbaik hati menyedot sisa pejuh dan memberikan ke mulut Kuncoro langsung dari mulutnya. Mereka berdua menikmati gurihnya pejuh Robby bersama-sama.
“Pak Jaya mau dikeluarin juga?” tawar Kuncoro.
“Enggak, aku simpen aja buat istriku. Aku ada janji kasih jatah dobel malam ini” kata Jaya tersenyum. Kuncoro pun ikut tersenyum, teringat beberapa jam lalu dia telah menggumuli istri Jaya. Lalu Kuncoro teringat aksi kencing Dian tadi menginspirasinya
“Kalo ga mau dikeluarin pejuhnya, dikeluarin kencingnya aja Pak” kata Kuncoro spontan.
“Emang mau kamu apain? Mau kamu minum? Ada-ada aja kamu ini” kata Jaya
“Apa bedanya Pak, pejuh dan kencing kan sama-sama keluar dari kontol.”
“Ya tapi kan beda Kun”
“Ga ada bedanya kok Pak, sama aja…” tantang Kuncoro penuh nafsu dan berharap Jaya mau menuruti keinginannya.
“Mau ya Pak” rengek Kuncoro sambil menjilati mulut Jaya
“Udah kasih aja, daripada merengek kayak anak kecil gitu..” kata Robby menimpali
“Setuju dengan Pak Robby” kata Kuncoro memandang Jaya dengan berbinar.
“Ya sudah sini” Jaya menuruti permintaan Kuncoro.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,